Sabtu, 16 Mei 2015

Bab 47. Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada seorang Hamba Dan Anjuran Untuk Berakhlak Sedemikian Serta Berusaha Menghasilkannya

Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah -wahai Muhammad-, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya, tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (Ali-Imran: 31)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang bermurtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemah lembut kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fisabilillah dan tidak takut celaan orang yang suka mencela. Demikian itulah keutamaan Allah, dikurniakan olehNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah adalah Maha Luas KaruniaNya serta Maha Mengetahui." (al-Maidah: 54)

385. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits Qudsi: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam Bukhari) Makna lafaz Aadzantuhu artinya: "Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu." Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.

Keterangan:
Hadis sebagaimana di atas itu sudah tercantum dalam no.85 dengan uraian sekadarnya. Namanya hadits Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al-Quran. Dalam hadits ini dijelaskan betapa tingginya derajat seseorang itu apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut waliyullah. Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang dapat disebut waliyullah itu. Sebagian ada yang mengatakan bahwa waliyullah ialah semacam dukun yang dapat menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang dapat meneka nasib seorang dikemudian harinya, atau orang yang tidak mudah ditemui karena selalu menghilang-hilang saja dan siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa waliyullah itu tidak perlu bershalat dan berpuasa sebab sudah menjadi kekasih Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu tidak benar, sebab memang tidak sedemikian itu sifatnya waliyullah. Maka yang lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut waliyullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya." Alangkah ringkasnya pengertian waliyullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan. Kalau ada pengertian waliyullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama Islam sama sekali. Waliyullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi. Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya agar supaya kita dikasihi oleh Allah? Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melakukan segala yang difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan. Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melakukan hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila seorang itu telah benar-benar bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karamah dengan izin Allah. Karamah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan oleh seorang waliyullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahwa tidak seorang waliyullah pun yang dapat mengetahui bahwa dirinya itu menjadi waliyullah. Kalau seorang sudah mengatakan sendiri bahwa dirinya itu waliyullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan. Selain itu, bagaimana juga hal ihwal dan keadaan seorang waliyullah itu, pasti ia tidak dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan lain-lain lagi. Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Allah yang Maha Mengetahui perkara ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-keghaiban itu kepada siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih olehNya."

386. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau Allah Ta'ala itu mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -hai penghuni-penghuni langit- si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya -yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya- di kalangan penghuni bumi." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai seorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian berfirman: "Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia." Jibril lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata: "Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu." Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan -kecintaan- itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: "Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya." Jibril lalu membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata: "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para penghuni bumi."

387. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan seorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad -surat Al-Ikhlash- sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Coba tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?" Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: "Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya." Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. -setelah diberitahu jawaban orang itu-: "Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta'ala mencintainya." (Muttafaq 'alaih)

Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Isi